ads

Friday, January 27, 2017

TERLENA - Pak Hamka






Kata-Kata Bijak dan Puisi Buya Hamka 


Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah adalah seorang  sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik, Buya Hamka dilahirkan di  SUNGAI BATANG, TANJUNG RAYA, ABUPATEN AGAM, SUMATERA BARAT,  pada tanggal 17 february 1908 dan meninggal di jakarta pada tanggal 24 juli 1981 pada umur 73 tahun, Buya  Hamka menjadi wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, ia menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, ia menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam.


Tentang Buya Hamka
Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih di kenal dengan Buya Hamka. Beliau lahir di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, lebih tepatnya di Sungai Batang, Tanjung Raya, pada tanggal 17 Februari 1908. Beliau adalah seorang sastrawan Indonesia, ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik. Beliau dibesarkan dalam tradisi Minangkabau, Buya Hamka di Sekolah Dasar Maninjau hanya sampai kelas dua. Sejak muda Beliau di kenal sebagai seorang pengelana. Hamka dikenal sebagai seorang moderat. Tidak pernah beliau mengeluarkan kata-kata keras, apalagi kasar dalam komunikasinya. Beliau lebih suka memilih menulis roman atau cerpen dalam menyampaikan pesan-pesan moral Islam. Beliau meninggal pada usia 73 tahun, di Jakarta, pada tanggal 24 juli 1981. Atas jasa dan karya-karyanya, Buya Hamka menerima anugerah penghargaan, antaralai: Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Cairo pada tahun 1958, Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia pada tahun 1958, Gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.





*TERLENA*

Waktu berlalu begitu pantas menipu kita yang terlena.
Belum sempat berzikir di waktu pagi, hari sudah menjelang siang, Belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi.

Niat pukul 9.00 pagi hendak solat Dhuha, tiba-tiba azan Zuhur sudah terdengar.

Teringin setiap pagi membaca 1 juzuk Al-Quran, menambah hafalan satu hari satu ayat, itu pun tidak dilakukan.

Rancangan untuk tidak akan melewatkan malam kecuali dengan tahajjud dan witir, walau pun hanya 3 rakaat, semua tinggal angan-angan.

Beginikah berterusannya nasib hidup menghabiskan umur? Berseronok dengan usia?.

Lalu tiba-tiba menjelmalah usia di angka 30, sebentar kemudian 40, tidak lama terasa menjadi 50 dan kemudian orang mula memanggil kita dengan panggilan "Tok Wan, Atok...Nek" menandakan kita sudah tua.

Lalu sambil menunggu Sakaratul Maut tiba, diperlihatkan catatan amal yang kita pernah buat....

Astaghfirullah, ternyata tidak seberapa sedekah dan infak cuma sekadarnya, mengajarkan ilmu tidak pernah ada, silaturrahim tidak pernah buat.

Justeru, apakah roh ini tidak akan melolong, meraung, menjerit menahan kesakitan di saat berpisah daripada tubuh ketika Sakaratul Maut?.

Tambahkan usiaku ya Allah, aku memerlukan waktu untuk beramal sebelum Kau akhiri ajalku.

Belum cukupkah kita menyia-nyiakan waktu selama 30, 40, 50 atau 60 tahun?.

Perlu berapa tahun lagikah untuk mengulang pagi, siang, petang dan malam, perlu berapa minggu, bulan, dan tahun lagi agar kita BERSEDIA untuk mati?.

Kita tidak pernah merasa kehilangan waktu dan kesempatan untuk menghasilkan pahala, maka 1000 tahun pun tidak akan pernah cukup bagi orang-orang yang terlena.

*Al Marhum Prof Hamka*






Buya Hamka juga telah banyak menghasilkan karya ilmiah islam seperti novel, cerpen dan  Karya ilmiah terbesarnya adalah Tafsir al-Azhar, Berikut Karya-Karya Buya Hamka yang telah saya rangkum di biawah ini, silahkan anda simak :
Nah!, beberapa rangkaian Kata-Kata Hikmah Buya Hamka yang mungkin dapat bermanfaat untuk anda khususnya para pembaca dan dapat juga memotivasi diri pembaca menjadi diri yang lebih baik lagi.

  1. Semanagat yang lemah buanglah jauh
  2. jiwa yang kecil segera besarkan
  3. yakin percaya iman pun teguh
    zaman hadapan penuh harapan.
  4. Riwayat lama tutuplah sudah
    sekarang buka lembaran baru
    baik hentikan termenung gundah
    apalah guna lama terharu.
  5. Bangunlah kekasih ku umat Melayu
    belahan asal satu turunan
    bercampur darah dari dahulu
    persamaan nasib jadi kenangan.
  6. Janji Tuhan sudah tajalli
    mulialah umat yang teguh iman
    Allah tak pernah mungkir janji
    tarikh riwayat jadi pedoman.
  7. malang mujur nasibnya bangsa
    turun dan naik silih berganti
    terhenyak lemah naik perkasa
    tergantung atas usaha sendiri.
  8. Di sini dahulu payung berkembang
    megah bendahara Seri Maharaja
    bendahara cerdik tumpuan dagang
    lubuk budi laut bicara.
  9. Sakitnya bangsaku bukan di luar
    tapi terhunjam di dalam nyawa
    walau diubat walau ditawar
    semangat hancur apakan daya.
  10. Pun banyak pula penjual negeri
    mengharap emas perak bertimba
    untuk keuntungan diri sendiri
    biarlah bangsa menjadi hamba.
  11. Inilah sebab bangsaku jatuh
    baik dahulu atau sekarang
    inilah sebabnya kakinya lumpuh
    menjadi budak jajahan orang.
  12. Di sini dahulu laksamana Hang Tuah
    satria moyang Melayu sejati
    jaya perkasa gagah dan mewah
    “tidak Melayu hilang di bumi.
  13. Di atas runtuhan Melaka
    Lama penyair termenung seorang diri
    ingat Melayu kala jayanya
    pusat kebesaran nenek bahari.
  14. Jangan takut jatuh karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh,
    Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagallah yang tidak pernah melangkah,
    Jangan takut salah, karna dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan baru dan cari Jalan yang benar pada langkah yang kedua.
  15. Kehidupan itu laksana lautan: ” Orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah ia digulung oleh ombak dan gelombang. Hilang di tengah samudera yang luas. Tiada akan tercapai olehnya tanah tepi”.
  16. Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi. Namun ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri.
  17. Kata – kata yang lemah dan beradab dapat melembutkan hati dan manusia
    yang keras.
  18. Berani menegakkan keadilan, walaupun mengenai diri sendiri, adalah puncak segala keberanian.
  19. Berani menegakkan keadilan, walaupun mengenai diri sendiri, adalah puncak segala keberanian.
  20. Kegunaan harta tidak dimungkiri –Tetapi ingatlah yang lebih tinggi ialah cita-cita yang mulia.
  21. Ikhlas dan sejati akan bertemu di dalam senyuman anak kecil,senyum yang sebenarnya senyum,senyum yang tidak disertai apa-apa.
  22. Satu hati lebih mahal dari pada senyuman. Satu jiwa lebih berharga dari pada sebentuk cincin.
  23. Emas tak setara dengan loyang. Sutra tak sebangsa dengan benang.
  24. Kecantikan yang abadi terletak pada keelokkan adab dan ketinggian ilmu seseorang, bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.
  25. Hanya menumpahkan air mata itulah kepandaian yang paling penghabisan bagi seorang wanita.
  26. Kenal akan keindahan dan sanggup menyatakan keindahan itu kepada orang lain adalah bahagia
  27. Tahan menderita kepahitan hidup sehingga penderitaan menjadi kekayaan adalah bahagia.
  28. Bahwasanya cinta yang bersih dan suci (murni) itu, tidaklah tumbuh dengan sendirinya.
  29. Nafsu yang menyebabkan marah dan dengki.
  30. Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, ker juga bekerja.
...........................................





1. Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.

2. Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup.

3. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.

4. Agama tidak melarang sesuatu perbuatan kalau perbuatan itu tidak merusak jiwa. Agama tidak menyuruh, kalau suruhan tidak membawa selamat dan bahagia jiwa.

5. Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.

6. Kehidupan itu laksana lautan. Orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah ia digulung oleh ombak dan gelombang. Hilang di tengah samudera yang luas. Tiada akan tercapai olehnya tanah tepi.

7. Cinta itu perang, yakni perang yang hebat dalam rohani manusia. Jika ia menang, akan didapati orang yang tulus ikhlas, luas pikiran, sabar dan tenang hati. Jika ia kalah, akan didapati orang yang putus asa, sesat, lemah hati, kecil perasaan dan bahkan kadang-kadang hilang kepercayaan pada diri sendiri.

8. Bahwasanya air mata tiadalah ia memilih tempat untuk jatuh, tidak pula memilih waktu untuk turun.

9. Bahwasanya cinta yang bersih dan suci (murni) itu, tidaklah tumbuh dengan sendirinya.

9. Air mata berasa asin itu karenanya air mata adalah garam kehidupan.

10. Di belakang kita berdiri satu tugu yang bernama nasib, di sana telah tertulis rol yang akan kita jalani.

11. Jangan takut jatuh, kerana yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Yang takut gagal, kerana yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, kerana dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua.

12. Jika kita dapat menyelamatkan diri kita sendiri, para Nabi tidak perlu ada untuk keselamatan kita.

13. Bertobat tidak hanya berarti menyesali dosa tetapi juga membenci dosa.

15. Lebih banyak orang menghadapi kematian di atas tempat tidur daripada orang yang mati di atas pesawat.

16. Tetapi kenapa lebih banyak orang yang takut mati ketika menaiki pesawat daripada orang yang takut menaiki tempat tidur.

17. Adil ialah menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar, mengembalikan hak yang empunya dan jangan berlaku zalim di atasnya. Berani menegakkan keadilan, walaupun mengenai diri sendiri, adalah puncak segala keberanian

18. Semangat yang lemah buanglah jauh jiwa yang kecil segera besarkan yakin percaya iman pun teguh zaman hadapan penuh harapan.

19. Satu hati lebih mahal dari pada senyuman. Satu jiwa lebih berharga dari pada sebentuk cincin.

20. Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.

21. Tuan boleh kata muslim itu fanatik, tapi tuan juga harus denga kata hati tuan bahwa itu adalah modal besar bagi kemerdekaan Indonesia. Untuk tuan tahu, itu bukanlah ranatik, itu adalah gairah.

22. Hanya menumpahkan air mata itulah kepandaian yang paling penghabisan bagi seorang wanita.

23. Ikhlas dan sejati akan bertemu di dalam senyuman anak kecil, senyum yang sebenarnya senyum, senyum yang tidak disertai apa-apa.

24. Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian anda dapat.

25. Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik.

26. Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.

27. Positif, bukan negatif. Aktif, bukan pasif.

28. Riwayat lama tutuplah sudah sekarang buka lembaran baru. Baik hentikan termenung gundah, apalah guna lama terharu.

29. Waktu bagi orang Islam adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan.

30. Janji Tuhan sudah tajalli, mulialah umat yang teguh iman. Allah tak pernah mungkir janji tarikh riwayat jadi pedoman.

31. Kalau tuhan tidak menjadikan perhambaan dan perbudakan,tentu tidak akan timbul keinginan hendak mengejar kemerdekaan. Memang kalau tiada kesakitan, orang tidak mempunyai keinginan untuk mengejar kesenangan.Oleh itu tidak keterlaluan jika dikatakan bahawa sakit dan pedih adalah tangga menuju kejayaan.

32. Al-Quran yang dibaca baik-baik adalah tanda jiwa yang kenyang akan makanan bergizi.

33. Emas tak setara dengan loyang. Sutra tak sebangsa dengan benang.

34. Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi. Namun ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri.

35. Kata-kata yang lemah dan beradab dapat melembutkan hati dan manusia yang keras.

36. Supaya engkau mendapat sahabat, hendaklah diri engkau sendiri sanggup menyempurnakan menjadi sahabat orang.

37. Kenal akan keindahan dan sanggup menyatakan keindahan itu kepada orang lain adalah bahagia.

38. Riwayat lama tutuplah sudah sekarang buka lembaran baru. Baik hentikan termenung gundah, apalah guna lama terharu.

39. Nafsu yang menyebabkan marah dan dengki.

40. Tali yang paling kuat untuk tempat bergantung adalah tali pertolongan Allah.

41. Jelas sekali bahwasanya rumah tangga yang aman damai ialah gabungan di antara tegapnya laki-laki dan halusnya perempuan.

42. Kemunduran negara tidak akan terjadi kalau tidak kemunduran budi dan kekusutan jiwa.

43. Satu-satunya alasan kita untuk hadir di dunia ini adalah untuk menjadi saksi atas keesaan Allah.

44. Tahan menderita kepahitan hidup sehingga penderitaan menjadi kekayaan adalah bahagia.

45. Undang-undang adab dan budi pekerti membentuk kemerdekaan bekerja. Undang-undang akal membentuk kemerdekaan berfikir. Dengan jalan menambah kecerdasan akal, bertambah murnilah kemerdekaan berfikir.

46. Kegunaan harta tidak dimungkiri. Tetapi ingatlah yang lebih tinggi ialah cita-cita yang mulia.

47. Sebesar-besar atau seberat-berat urusan, jangan dihadapi dengan muka berkerut, kerut muka itu dengan sendirinya menambahkan lagi kerut pekerjaan itu.

48. Bangunlah kekasih ku umat Melayu. Belahan asal satu turunan bercampur darah dari dahulu persamaan nasib jadi kenangan.

49. Kemerdekaan sauatu negara dapat dijamin teguh berdiri apabila berpangkal pada kemerdekaan jiwa.

50. Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku seperti orang yang terus memeras jerami untuk mendapatkan santan.

51. Kalau nyata harta benda tak dapat menangkis sakit, tidak dapat menolak demam, tidak dapat menghindarkan maut, nyatalah bahwa kesusahan yang menimpa orang kaya serupa dengan kesusahan yang menimpa orang miskin.

52. Tuhan menilai apa yang kita beri dengan melihat apa yang kita simpan.