Jika ingin selamat di akhirat
DUNIA ini penuh dengan tipu daya. Ia memancarkan segala keindahannya sehingga kita terkadang lupa akan hari akhir yang kekal itu. Dunia selalu menggoda manusia agar melupakan tujuan sebenar kehidupan. Padahal, dunia hanya alat atau ladang untuk mengeruk sebanyak-banyaknya amal kebaikan sehingga bisa dibawa sebagai bekal nanti.
Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.
Barangsiapa yang memilih harta dan anak-anaknya daripada apa yang ada di sisi Allah, niscaya ia rugi dan tertipu dengan kerugian yang amat besar. Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini akan membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal.
Suatu hari, Imam Al Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghazali bertanya...
1) Soalan yang pertama,
"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab "orang tua, guru, kawan, dan sahabatnya". Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah *"MATI"*. Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185).
2) Lalu Imam Ghazali meneruskan pertanyaan yang kedua..
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab "negara Cina, bulan, matahari dan bintang-bintang". Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu
adalah benar. Tapi yang paling benar adalah *"MASA LALU"*. Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga
hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
3) Lalu Imam Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga..
"Apa yang paling besar di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawah "gunung, bumi dan matahari". Semua jawapan itu benar kata Imam Ghazali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah *"NAFSU"* (Al A'Raf 179). Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
4) Pertanyaan keempat adalah,
"Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab "besi dan gajah". Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghazali, tapi yang paling berat adalah *"MEMEGANG AMANAH"* (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.
5) Pertanyaan yang kelima adalah,
"Apa yang paling ringan di dunia ini?"
Ada yang menjawab "kapas, angin, debu dan daun-daunan". Semua itu benar kata Imam Ghazali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah *"MENINGGALKAN SOLAT"*. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan solat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan solat.
6) Dan pertanyaan keenam adalah,
"Apakah yang paling tajam di dunia ini?"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang". Benar kata Imam Ghazali, tapi yang paling tajam adalah *"LIDAH MANUSIA"* Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
*Rujukan Kuliah Subuh Hari Ini* *-Dr.Yusof Mohamd*
*6 Soalan Imam Al-Ghazali Kepada Muridnya..*
..........................................................
SIRI MEMANTAPKAN IMAN!
"Sesuatu kalau sering disentuh akan berkurang rasanya"
Kastrotul masaas yufqidul ihsaas, Ini adalah pepatah Arab yang artinya adalah sesuatu kalau sering disentuh akan berkurang rasanya. Pada sentuhan pertama kita akan merasakan rasanya sangat kuat tetapi pada sentuhan kedua, ketiga, dan seterusnya, rasa itu akan terus berkurang. Pertama kali manusia menembus angkasa dan mendarat di bulan, beritanya begitu menggemparkan. Tetapi, ketika ekspedisi kedua, ketiga, dan seterusnya gaung beritanya mulai berkurang.
Begitu juga dengan diri kita terhadap dosa. Pertama kali berbuat dosa, diri yang fitri akan bergetar takut. Rasa takut ini akan berkurang apabila dosa yang sama diulang kedua kalinya. Dan, akan terus berkurang pada pengulangan ketiga, keempat, sampai akhirnya pekerjaan dosa itu menjadi biasa, menjadi adat dan kebiasaan.
Imam Hasan Al Bashri berkata, ''Yang aku takutkan adalah apabila hati kita telah terbiasa dengan dosa-dosa. Hati adalah bagian yang sangat peka dalam diri manusia, tetapi kepekaan ini akan hilang dengan dosa yang berulang-ulang.''
Dengan jelas Rasulullah saw juga telah menggambarkan hilangnya kepekaan hati. Hati itu, kata Rasulullah saw, pada awalnya ibarat kain putih tanpa noda. Bila seseorang melakukan dosa maka akan ada titik hitam pada hati itu. Jika dia bertobat, maka titik hitam itu akan dihapus dan hatinya kembali putih. Tapi, bila tidak dan dia kembali mengulang berbuat dosa maka titik hitam itu ditambah lagi sampai akhirnya hatinya menjadi hitam legam. Hati seperti ini tidak lagi peduli dengan kemungkaran dan tidak lagi mengenal kebajikan. Inilah hati yang disebut AlQuran sebagai Al Qulub al Qosiyah, yang lebih keras dari batu sekalipun.
Secara lebih jelas dapat dirinci fase-fase hati menjadi qosiyah (keras membatu) sebagaimana dijelaskan Alquran. Pertama, dimulai dengan lupa dzikir kepada Allah karena dikuasai setan: ''Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah,'' (QS 58:19). Kedua, karena lupa kepada Allah maka Allah lupakan mereka kepada diri mereka sendiri: ''Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri,'' (QS.59:19). Ketiga, kemudian setan akan menjadi teman paling dekatnya: ''Barang siapa yang berpaling dari dzikrullah maka akan Aku jadikan setan sebagai teman yang selalu menyertainya,'' (QS.43:36).
Keempat, setan ini akan menghiasi semua perbuatan mungkar yang dilakukan sehingga nampak baik dan benar baginya: ''... Dan setan pun menghiasi bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka,'' (QS.29:38). Kelima, karena itu semua maka hati mereka mengeras bagai batu bahkan lebih keras daripada batu.
Tetapi yang lebih berbahaya dari hilangnya kepekaan hati terhadap dosa adalah hilangnya kepekaan atas azab Allah. Sering orang tak tahu bahwa ia sedang diazab Allah karena dosanya. Azab ini bisa berbentuk musibah, bencana, krisis, dan sebagainya, tetapi juga bisa berbentuk kenikmatan duniawi.
Ibnu Qoyim berkata, ''Ketahuilah sebesar-besar cobaan adalah kegembiraan karena berhasil berbuat dosa dan sebesar-besar azab adalah ketika manusia tidak merasa sedang diazab.''
http://www.republika.co.id/berita/65809/Rasa_Berdosa
Oleh: Ahmad Hatta/Kamis, 30 July 2009
Grafik: FLICKR.COM
No comments:
Post a Comment