ads

Thursday, June 15, 2017

Undang-undang hidup, masa tidak dapat disekat...


Awas usia 60!

PERTARUNGAN MAUT ITU BERADA DI ANTARA USIA 60 TAHUN HINGGA 70 TAHUN

Perjalanan hidup tidak ada yang undur ke belakang, tapi terus mara ke hadapan hingga sampai ke satu titik penghabisan. Itulah undang-undang hidup. Yakinlah setiap detik yang berlalu, setiap minit yang pergi, bererti masa terus berjalan, umur terus meningkat menuju ke arah penuaan. Masa tidak dapat disekat, dan apa yang dapat dilakukan hanyalah melanjutkan usia perdana seseorang, iaitu awet muda. Itu sahaja... 

Dengan bertambahnya usia, bererti bertambahnya pengalaman, dan dengan itu bertambahnya iman di dada, dan bertambah kuatnya ketakwaan untuk menempuh hari-hari akhir yang pasti akan tiba, tanpa dapat dienjak walau pun sedetik. 

Kehidupan di dunia yang fana ini merupakan tempat persinggahan yang akan menentukan kebahagian atau kecelakaan kita di sana nanti, iaitu mendapat nikmat syurga atau celaka neraka. Awas dan waspadalah semasa hidup di dunia ini, supaya tidak lalai dan lupa menyediakan bekalan yang mencukupi untuk hidup senang-lenang di akhirat nanti dalam rahmat Allah yang Maha Pengasih, Penyayang dan Maha Pengampun. 

Bermahabbahlah dengan Allah, bermahabbahlah dengan manusia, dan dengan semua makhlukNya, insya-Allah kita selamat. Amin!

.....................................


Tidak banyak orang yang hidup hingga mencapai usia 60 tahun. Jika kita mencapainya maka waspadalah, karena inilah saat yang menentukan akhir perjalanan seorang manusia. Akhir yang baik (Husnul Khatimah) atau akhir yang buruk (Su'ul Khatimah).

ALLAH SWT juga mengingatkan hamba-Nya yang mencapai usia 60 tahun sebagaimana tersirat dalam firman-Nya dalam Al-Fathir ayat 35 -  37 berikut ini : "Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu."

(Dikatakan kepada mereka), "Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan?. Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolongpun."
                                                       
Sahabat Ali R.A., Ibnu Abbas R. Anhumma dan  Abu Hurairah R.A. menjelaskan firman ALLAH SWT di atas (yang artinya) :


"Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir," bahwa artinya sampai mencapai usia enam puluh tahun.

Sedangkan yang dimaksud 'pemberi peringatan' dalam ayat di atas menurut para ulama adalah adanya uban di rambut kepala dan 'Sang Pemberi Peringatan' yaitu Nabi Muhammad SAW. 

Rasulullah SAW juga bersabda menguatkan ayat di atas (yang artinya) : 
"ALLAH SWT memberi uzur kepada seseorang yang diakhirkan ajalnya, hingga sampai usia 60 tahun." (HR Bukhari no. 6419).

Ibnu Hajar Rah mengatakan : "Makna hadits" bahwa uzur dan alasan sudah tidak ada, misalnya ada orang yang mengatakan, 'Andai usiaku dipanjangkan, aku akan melakukan apa yang diperintahkan kepadaku'. 

Dengan usia yang mencapai 60 tahun, maka tidak ada yang layak untuk dia lakukan selain istighfar, ibadah keta'atan dan KONSENTRASI PENUH UNTUK AKHIRAT...! Rasulullah pernah bersabda bahwa usia umatnya adalah berkisar di antara 60 - 70 tahun!.

Sedikit yang berhasil melewatinya. 
(HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).


Dan, "Pertarungan maut itu berada di antara usia enam puluh tahun hingga usia tujuh puluh tahun."
(HR Bukhari).  

Imam Fudhail bin Iyadh (Ulama Besar zaman Tabi' Tabiin)  memberikan tausyiah : Barang siapa yang meyakini  perjumpaan dengan Sang Khalik, ia harus sedar bahwa ia akan ditanya. Dan siapa yang yakin hal ini, ia harus menyiapkan jawabannya,"  jelas Fudhail.

"Lalu bagaimana jalan keluarnya?  "Caranya mudah."  Lalu Imam Fudhail  menjelaskan tentang  teori bertaubat: 
"Beribadah dan beramal Shalihlah di sisa usiamu, karena ALLAH SWT sangat menyayangi terhadap hamba-Nya yang mahu menghabiskan sisa usianya untuk lebih mendekat kepada-Nya, INSYAA  ALLAH, ALLAH SWT akan ampuni dosa-dosa yang telah lalu dan ALLAH SWT berikan keselamatan serta kebahagiaan di dunia, di kubur hingga di Akhirat-Nya ALLAH SWT."

Di saat kita sudah berumur 50 tahun atau apa lagi sudah menginjak usia 60 tahun atau bahkan lebih, maka  biasakan ber-Do'a memohon perlindungan dari ketidak-berdayaan, malas, fitnah dan dijauhkan dari siksa kubur.

“Allahuma Inni A’udzubika Minal ‘Ajzi Wal Kasali Waljubni Walharam Wa A’udzibika Minal Fitnatil Makhya Wamamati Wa A’dzubika Min ‘Adzabil Qabr”.

Artinya :  “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, penakut dan tua.  Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati, aku juga berlindung dari siksa kubur".

Neraka Jahannam sepanjang hidup, Surga sepanjang hidup

Jangan merasa aneh, inilah kehidupan.  Hakikatnya tak ada yang memberimu manfaat selain shalatmu. 

Alam itu aneh?, 
Jenazah disusul dengan jenazah....,  
Kematian disusul dengan kematian berikutnya.
Berita tentang kematian terus bermunculan... ada yg mati karena kecelakaan, ada kerana sakit, ada yang tiba-tiba mati tanpa diketahui sababnya.  Semuanya tinggalkan dunia ini dan mereka semua akan dikuburkan,  itu pasti!.

Hariku dan harimu pasti akan tiba,  persiapkanlah bekal untuk perjalanan yang tidak dapat kembali.

Wahai orang yang menunda Taubat dengan alasan karena masih muda, 
Kuburan bukanlah tempat untuk orang dewasa saja,
kuburan tempat manusia segala usia..


Sungguh Dunia itu hanya 3 hari :
Hari Kemarin: kita hidup di situ, dan tidak akan kembali lagi
Hari ini : kita jalani namun tak berlangsung lama
Besok: kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi. 

Maka saling memaafkanlah antar Saudara dan sesama, bersedekahlah..., Karena aku, engkau dan mereka pasti akan pergi meninggalkan gemerlapnya dunia ini untuk selamanya.

Ya Allah, kami memohon keridhaannmu, husnulkhatimah dan beruntung dengan mendapatkan surga dan selamat dari api neraka.


Barangsiapa yang hidup dalam suatu kebiasaan maka ia akan mati dengan kebiasaan itu.

Dan barang siapa yang mati dalam suatu keadaan maka ia akan dibangkitkan dalam keadaan tersebut

Jika kau sudah membaca tulisan ini kau sudah mendapatkan pahalanya, namun bila kau menyebarkannya dan orang lain mendapakan manfaat juga maka akan dilipat-gandakan pahala mu.

In syaa Allah.


WhatsApp dari Group Rodongan

Friday, June 9, 2017

Sepucuk surat dari Ramadan





Biar berjauhan, awak kenal siapa saya...


Kisah 'aku' mendapat surat, dari siapakah dia?, kembang-kincup hidung 'aku' menerima surat tidak bertarikh itu. Si Pengirim surat mempersoalkan janji 'aku'. "Aku' berjanji sembahyang Tarawih di masjid tetapi janji sekadar janji. Si pengirim surat dukacita, puas 'dia' menunggu tetapi hampa. Tunggu punya tunggu tidak datang jua, masuk Bulan Ramadan ke 9 masih tidak muncul...


Disurahkan, pada malam raya, Si Ibu mengetuk pintu bilikku dan menghulurkan sepucuk surat.

“Apa ini, mak?”, “Ada orang bagi tadi. Untuk kamu.”

Ibu berlalu pergi ke ruang tamu, menyambung kerja menghias rumah dengan adik dan kakak.

Jam sudah menunjukkan hampir pukul 1 pagi. Dengan cermat, aku membuka sampul berisi surat.

Ku teliti tulisannya. Kemas. Tulisan siapakah ini? Tidak ku kenali.

Aku mengambil posisi, bersila di atas katil. Aku amati bait-bait tulisan di helaian surat. Ringkas dan padat saja isinya.

“Assalamualaikum. Maaf mengganggu.

"Sebenarnya sudah lama saya memerhatikan awak. Awak boleh panggil saya stalker kalau awak nak. Sebelum puasa lagi, saya hendak sangat jumpa dengan awak. Awak tahu tak betapa saya berkenaan dengan awak?”.

Hatiku mulai berdebar-debar. Rupanya aku ada peminat dalam diam. Mesti awek sebelah apartment ini. Kembang kuncup sekejap hidungku. Tersipu-sipu. Tidak sabar-sabar lagi,
terus aku membaca perenggan seterusnya.

“Sejak tahun-tahun dulu lagi sebenarnya saya sudah lama follow awak. Awak saja tidak sedar kewujudan saya. Saya intai di facebook awak, di instagram status awak, awak kata awak suka ke masjid dekat rumah awak ini bila solat terawikh.


Saya buat keputusan untuk ke masjid yang awak sebutkan. Namun, hampa. Saya tidak nampak kelibat awak di situ. Saya tunggu dan tunggu, awak tidak muncul-muncul juga. Selama hampir 9 malam saya tunggu...

Saya kecewa. Saya merancang untuk meninjau-ninjau masjid dan surau yang berdekatan dengan rumah awak, tetapi hampa. Awak tiada di mana-mana.

Lalu, saya tekad cuba ke rumah awak. Saya dapati awak ada saja di rumah. Tidak ke mana-mana. Saya nampak awak sibuk dengan laptop dan h/p. Fikir saya, mungkin awak ada seseorang yang sangat istimewa. Bila habis saja orang bersolat terawih, awak keluar lepak dengan kawan-kawan minum-minum. Begitulah rutin hidup awak setiap hari.

Saya cemburu. Pada hal awak tidak tahu, andai awak kenal saya, awak akan tahu saya lebih istimewa dari orang yang awak suka itu. Awak tidak tahu, tidak perasaan saya pada awak jauh lebih dalam berbanding sesiapa pun yang awak kenal. Lebih anggun dan menawan dari gadis-gadis yang awak kenali.”

Aku berkerut kening. Dalam hati, dia ini menakutkanlah. Syok sendiri ke Minah ini? Aku menyambung membaca surat tidak berstem ini.

“Saya sedih. Sangat sedih".


Saya tetap menanti awak di pintu masjid yang awak katakan. Setia menanti setiap hari.
Cuma untuk melihat awak. Di malam ke-11, awak muncul akhirnya. Awak tahu tak,
betapa saya gembira sangat dapat melihat awak?. Walaupun awak tidak perasan, saya tak kisah.

Tapi, gembira saya tidak bertahan lama.

Awak hilang lagi. Tidak datang ke masjid. Saya pergi ke masjid itu setiap kali masuk waktu solat. Dengan harapan awak ada bersama berjemaah. Tapi, bertubi-tubi hampa. Bayang awak pun saya tidak nampak.

Di Waktu siang, ada saya ke rumah awak. Saya dapati awak selepas Waktu Subuh, tidur sampai Waktu Zohor. Selepas Zohor, tidur sampai Asar. Andai tidak tidur, sibuk dengan h/p. Malam kadang-kadang awak tidur, banyaknya berjaga. Tidak habis-habis dengan internet dan gajet. Kadang-kadang saya terfikir, awak tidak bosankah menghadap benda-benda itu?. Apa penting sangatkah teknologi itu?. Boleh membawa matikah?.

Saya menunggu seperti biasa di masjid. Tiap malam tanpa jemu. Hinggalah malam
terakhir terawih. Awak tidak menjenguk muka juga.


Saya amat kecewa. Saya sedih. Malam itu saya menangis cukup-cukup. Biarlah
tumpah seribu air mata sekalipun. Pedihnya hati ini. Betapa awak tidak
peduli. Tidak pedulikan saya. Tidak pedulikan kehadiran saya. Tidak pedulikan
kesetiaan saya selama ini. Tidak peduli yang saya sayangkan awak. Sayang awak sangat-sangat. Tidak peduli yang saya ambil berat sangat tentang awak.

Jauh di sudut hati saya sebenarnya, saya hendak tengok awak menjadi pemuda yang soleh. Sebab itulah tanpa jemu, saya tunggu awak di masjid tiap masa dan ketika. Tinggalkan dosa, tinggalkan benda-benda lagha. Namun, hajat tidak kesampaian.

Cukuplah sampai sini.

Saya mengambil keputusan untuk pergi. Tidak mahu menganggu awak lagi. Biarlah awak dengan hidup awak. Siapa saya di mata awak?. Sesuatu yang tidak bermakna saja pada awak. 

Biar berjauhan. Awak kenal siapa saya.

Aku menggigil sedikit membaca baris terakhir. Ku gagahkan diri jua.

“Saya Ramadhan.

Jaga diri, jaga iman.

Selamat tinggal.”


Aku terkedu. Kelu membisu. Air mata mulai menitik ke atas warkah misteri itu. 

Ya Allah. Ku tinggalkan surat tadi, berlari keluar untuk bertanyakan Emak siapa yang memberi surat itu?. Mak menggelengkan kepala. Bila aku masuk kembali ke dalam bilik, surat itu telah diterbangkan angin melalui tingkap. Hilang 'gone with the wind'.

Melihat orang lain beraya, aku juga mahu sakan beraya dengan orang tercinta. Tapi, selama ini aku buat semberono ala kadar saja pada Ramadhan Allah.

Air mata mengalir tidak tertahan lagi. 
Aku pendosa yang lupa Allah Maha Memerhati.
Kesal 150 juta kali sesal...


Sekian...



Watsap dari Rodongan