ads

Tuesday, September 9, 2008

Kalau kita bergaduh...




*MOTIVASI DIRI*


*1.* Kalau kita bergaduh dengan pelanggan,
*Walaupun kita menang, Pelanggan tetap akan lari.*

*2.* Kalau kita  bergaduh dengan rakan sekerja, *Walaupun kita menang, Tiada lagi semangat bekerja dalam satu kumpulan.*

*3.* Kalau kita bergaduh dengan boss,
*Walaupun kita menang, Tiada lagi masa hadapan di tempat itu.*

*4.* Kalau kita  bergaduh dengan keluarga,
*Walaupun kita menang, Hubungan kekeluargaan akan renggang.*

*5.* Kalau kita bergaduh dengan guru, *Walaupun kita menang, Keberkatan menuntut ilmu dan kemesraan itu akan hilang.*

*6.* Kalau kita bergaduh dengan kawan,
*Walaupun kita menang, Yang pasti kita akan kekurangan kawan.*

*7.* Kalau kita bergaduh dengan pasangan,
*Walaupun kita menang, Perasaan sayang pasti akan terguris.*

*8.* Kalau kita bergaduh dengan sesiapapun,
*Walaupun kita menang,* *Kita tetap kalah.*
*Yang menang adalah cuma ego diri  sendiri..*
*Yang ini yg susah.. mengalahkan ego diri sendiri.*




*9.* Renungan bersama....
Apabila kita menerima teguran, kesilapan dan kesalahan usahlah terus melenting dan marah *bersyukurlah masih ada orang yang mahu menegur kesilapan kita.*

*10.* Mendengar isteri membebel di rumah, *bererti kita masih punya keluarga.*

*11.* Mendengar suami masih mendengkur di sebelahku *bererti kita masih punya suami.*

*12.* Mendengar ayah dan mak menegurku dengan tegas *bererti kita masih punya mak ayah.*

*13.* Merasa letih dan jemu menasihati anak yang nakal, *bererti kita masih punya anak untuk saham akhirat ku nanti.*


*14.* Merasa letih setiap ptg selepas penat bekerja, *itu bererti kita mampu bekerja keras.*

*15.* Membersihkan pinggan dan cawan kotor setelah menerima tamu di rumah, *itu bererti kita punya teman.*

*16.* Pakaianku terasa agak sempit, *itu bererti kita makan cukup.,*

*17.* Mencuci dan menggosok timbunan baju, *itu bererti kita memiliki pakaian.*

*18.* Membersihkan halaman rumah, mop lantai, *itu bererti kita memiliki tempat tinggal.*

*19.* Mendapatkan banyak tugasan, *itu bererti kita dipercayai dapat melakukannya.*

*20.* Mendengar bunyi ekzos & hon dan anak jiran bising, *itu bererti kita masih boleh mendengar.*

*21.* Melihat anak-anak bermain riang, *itu bererti kita masih boleh melihat.*

*22.* Kita masih bernafas, *itu bererti kita masih diberi peluang oleh pencipta yang agung untuk bertaubat dan beribadah.*

Akhirnya banyak hal yang dapat kita syukuri setiap hari. Kita juga bersyukur mendapatkan pesan ini, kerana secara tidak sedar kita masih memiliki orang yang peduli pada kita.

*Berhenti mengeluh dan bersyukurlah. Bersyukur dalam setiap keadaan meski tak ada alasan untuk bersyukur sekalipun. Ayuh kita sama2 mencuba utk bersyukur walau diri ini selalu mengeluh tanpa berfkir hikmah di sebaliknya.*

Semoga yang terima pesanan ini diberkati dengan kesihatan hingga ke akhir hayat.


Renung-renungkanlah...


Dzik!



''Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah (dzikrullah). Ketahuilah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.'' (Al-Ra'd: 28)

Dalam salah sebuah hadis diceritakan bahwa suatu saat Rasulullah SAW bersabda, ''Wahai para sahabat-sahabatku, maukah aku beri tahukan kepada kalian suatu bentuk amal yang paling baik, paling diridlai Tuhan kalian, paling tinggi nilainya, paling baik dibanding ketika kalian memberikan emas atau perak kepada orang lain, dan paling baik ketimbang ketika kalian bertemu dengan musuh-musuh kalian dalam perang yang konsekuensinya membunuh atau terbunuh musuh?''

Dengan serentak, para sahabat menjawab, ''Baik ya Rasulullah.'' Setelah diam sebentar, Nabi SAW berkata, ''Dzikrullah (mengingat Allah)''. (HR Ibnu Majah dari Abu al-Darda).

Menurut bahasa, dzikir berarti ''mengingat''. Dzikrullah berarti mengingat Allah SWT.

Sebagai sarana mengingat Allah SWT, Rasulullah SAW dalam banyak hadisnya mengajarkan bentuk-bentuk dzikir. ''Sesungguhnya, bentuk dzikir yang paling utama di sisi Allah adalah mengucapkan kalimat tauhid, la ilaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah).'' (HR Ibnu Majah dari Jabir bin Abdullah).

Berdzikir adalah salah satu ciri khas orang-orang beriman, yang mesti dilakukan setiap saat dan di manapun berada. Dengan berdzikir, segala tindak-tanduk perilaku hidupnya akan selalu terkontrol.

Allah SWT sangat mencintai orang-orang yang berdzikir mengingat-Nya.Persoalan hidup dan kehidupan yang pelik dan rumit, jika tidak karena kasih sayang Allah SWT, mustahil itu semua terpecahkan. Menjadi umat yang berdzikir, adalah salah satu upaya meraih cinta Ilahi.



http://www.republika.co.

Copyright 2008 - REPUBLIKA All Right Reserved.

Gambar/ilustrasi sekadar hiasan.
Photo/illustration for display purposes.


Sunday, September 7, 2008

33 TAHUN "HANYA" DAPAT 8 HAL SAJA...





Kuhabiskan umurku untuk mendidikmu, 
namun kau hanya mempelajari 8 hal saja dariku?



Suatu hari yang cerah, Imam Syaqiq Al Balkhi bertanya kepada muridnya yang bernama Hatim Al Ashom tentang apa yang dipelajari setelah begitu lama mengabadikan diri menuntut ilmu. Antara pertanyaan Sang Guru...

Imam Syaqiq: "Sudah berapa lama engkau menuntut ilmu dariku?"

"Sudah 33 tahun," jawab Hatim.

"Apa yang telah kau pelajari, selama 33 tahun ini?" tanya Imam Syaqiq.

"Hanya 8 hal," jawab Hatim.

"Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'uun!" 
Kuhabiskan umurku untuk mendidikmu, 
namun kau hanya mempelajari 8 hal saja dariku?" Ucap Imam Syaqiq terheran.

"Benar Ya Syeikh, aku hanya mempelajari 8 hal saja, aku tidak mau mendustai anda," jawab Hatim.

"Cuba sebutkan 8 hal yang telah kau pelajari itu!" pinta Imam Syaqiq.



Hatim Al Ashom pun berkata:

Pertama: 
"Kulihat setiap manusia itu memiliki seorang kekasih. Ketika dia mati, kekasihnya ikut mengantarkannya hingga ke kuburan saja, lalu meninggalkannya sendirian di sana. 

Maka, 
Aku lebih memilih amal kebajikan sebagai kekasihku, Sehingga ketika nanti aku masuk liang kubur, amalku akan ikut bersamaku."

Kedua : 
"Aku merenungkan firman Allah SWT: 
"Dan adapun orang2 yang takut kepada Kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka syurga lah yang akan menjadi tempat tinggalnya."
(QS. An Naazi'at, 79: Ayat 40-41).

Aku sedar, bahwa Firman Allah pasti lah benar, maka aku pun berjuang untuk melawan keinginan nafsuku, hingga nafsuku tunduk kepada Allah SWT."

Ketiga : 
"Ku perhatikan manusia itu selalu memulyakan dan menyimpan harta benda berharga yang mereka miliki, lalu kupelajari Firman Allah SWT: 
"Apa yang ada disisimu akan lenyap, dan apa yang ada disisi Allah SWT itu akan kekal." (QS. An Nahl,16: Ayat 96).

Maka setiap kali aku memperoleh sesuatu yg berharga, aku pun menyedekahkannya dijalan Allah SWT, agar hartaku selalu tetap terjaga disisi-Nya."

Keempat : 
"Aku melihat setiap manusia mengejar harta, kedudukan, kehormatan dan kemulyaan nasab. 
Namun setelah aku mempelajarinya, ternyata semua itu tidak ada apa2nya, saat aku membaca firman Allah SWT: 
"Sesungguhnya, orang yg paling mulia disisi Allah SWT itulah orang yg paling bertaqwa (kepada Allah) di antara kalian."
(QS. Al Hujuroot, 49: Ayat 13).

Karena itulah, aku pun beramal untuk mewujudkan Taqwa, agar aku memperoleh kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT.

Kelima : 
"Aku melihat manusia saling mencela dan melaknat, dan sumber semua itu adalah hasad (kedengkian). Lalu aku mempelajari firman Allah SWT: "Kami telah membahagikan untuk penghidupan mereka di alam dunia." 
(QS. Az Zukhruf, 43: Ayat 32).

Akupun sedar, bahwa semuanya telah dibahagikan oleh Allah SWT. Maka aku tinggalkan sifat Hasad (dengki), kujauhi manusia, dan aku tidak bermusuhan dengan seorang pun."

Keenam : 
"Kulihat manusia saling menganiaya dan saling membunuh, padahal Allah SWT berfirman: 
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuhmu." 
(QS. Al Fathir, 35: Ayat 6).

Oleh sebab itu, ku tinggalkan permusuhan dengan manusia dan ku jadikan syaitan sebagai satu2nya musuhku. 
Aku selalu mewaspadainya dengan sekuat tenaga, sebab Allah SWT sendiri yg telah menjadikan Syaitan sebagai musuhku."

Ketujuh : 
"Aku melihat setiap orang hanya demi sepotong roti (harta), mereka rela menghinakan diri mereka sendiri dengan melakukan hal2 yg diharamkan oleh Allah SWT. Lalu kuperhatikan Firman Allah SWT: 
"Dan tiada satupun binatang melata dibumi, melainkan Allah SWT yang menanggung rezeki nya." 
(QS. Hud, 11: Ayat 6).

Aku sadar, 
bahwa diriku adalah salah satu dari yang melata itu, dan Allah SWT telah menjamin rezeki ku. Oleh karena itu, kusibukkan diriku untuk menunaikan kewajiban yang telah di berikan oleh Allah SWT dan aku tidak pernah merisaukan sesuatu yang telah dijamin oleh Allah SWT untuk ku."

Kedelapan : 
"Aku melihat semua orang bergantung kepada makhluq Allah SWT. Ada yg bergantung kepada ladangnya, 
bergantung kepada perniagaannya, 
bergantung kepada pekerjaannya, dan 
bergantung kepada kesehatan jasmaninya.
Akupun kembali kepada Firman Allah: 
"Dan barang siapa yg bertawakkal kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan mencukupkannya."
(QS.At-Thalaq 65: Ayat 3).


WhatsApp : Ust Mustafa Mohammad - Surau Al Husna

...........................................................................



Mahabbah 

Mahabbah berarti cinta, yaitu perasaan rindu dan senang yang istimewa terhadap sesuatu. Perasaan demikian menyebabkan perhatian seseorang terpusat kepadanya bahkan mendorong orang itu untuk memberikan yang terbaik. Perasaan cinta itu diikuti dengan ketulusan untuk mengorbankan apa saja termasuk nyawa sekalipun kepada yang dicintai.

Dalam agama Islam, cinta tertinggi haruslah ditujukan semata-mata hanya kepada Allah. Prestasi tertinggi seorang mukmin adalah meraih kecintaan Allah. Tentu untuk meraihnya bukan hal yang mudah karena harus menjaga komitmen dan selalu konsisten dengan aturan Allah.

Allah mengingatkan dalam firman-Nya. ''Katakanlah jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan untung ruginya dan rumah-rumah yang kamu senangi, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan putusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.'' (SQ At Taubah [9]: 24).

Allah adalah tujuan tertinggi dan paling hakiki dalam kehidupan setiap mukmin. Apa pun yang dilakukan haruslah berujung kepada tujuan tersebut, yaitu mahabbah kepada Allah. Di samping itu, manifestasi mencintai Allah dan Rasul-Nya, antara lain, adalah menaati ajaran-ajaran-Nya yang disampaikan lewat Rasul-Nya. Cinta yang menampakkan diri dalam ketaatan itu niscaya dibalas pula dengan cinta oleh Allah, sebagaimana difirmankan-Nya. ''Katakanlah jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, Rasul-Nya, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS Ali Imran [3]: 31).



Gambar/ilustrasi sekadar hiasan.
Photo/illustration for display purposes.

http://www.republika.co.

Copyright 2008 - REPUBLIKA All Right Reserved.

Tuesday, September 2, 2008

3 SOALAN MAUT DARI KHALIFAH



KISAH ABU NAWAS MELARANG RUKUK DAN SUJUD


Maulana Abu Nawas begitu sinonim dengan watak sufi, penyair atau juga badut?. Ketokohan yang super lucu semasa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid sekitar tahun 750M-819M di Baghdad. Ketrampilannya begitu seru di zaman Eden. 

Disurahkan, pernah dilantik menjadi mufti tetapi menolak dengan berpura-pura gila. Walaupun tidak memegang apa-apa jawatan tetapi raja tetap mengundangnya ke istana untuk memutuskan sesuatu perkara penting.

Diriwayatkan oleh empunya cerita, Khalifah Harun Al- Rasyid tersangat murka dengan khabar Abu Nawas melarang rukuk dan sujud semasa mengerjakan solat. Menurut pembantu-pembantu istana, Abu Nawas layak dipancung kerana melanggar syariat Islam. Langsung saja raja memanggilnya ke istana.

"Hai, Abu Nawas, benar kamu berpendapat tidak rukuk dan sujud dalam salat?", tanya Khalifah dengan keras dan tegas.

"Benar, Saudaraku"
Khalifah kembali bertanya dangan nada suara yang lebih tinggi. "Benar kamu berkata kepada masyarakat bahawa aku, Harun Al-Rasyid, adalah seorang Khalifah yang suka fitnah?".

"Benar, saudaraku"

Khalifah berteriak dengan suara menggelegar, "Kamu memang pantas dihukum mati, kerana melanggar syariat Islam dan menebarkan fitnah!".

Abu Nawas tersenyum lalu berkata, "Saudaraku, memang aku tidak menolak bahawa aku telah mengeluarkan dua pendapat tadi, tapi sepertinya khabar yang sampai padamu tidak lengkap, kata-kataku dipintal seolah-olah aku berkata salah".

Khalifah berkata dengan tegas, "Apa maksudmu?, Jangan membela diri, kau telah mengaku dan mengatakan khabar itu benar adanya."

Abu Nawas beranjak dari duduknya dan menjelaskan dengan tenang, "Saudaraku, aku memang berkata rukuk dan sujud tidak perlu dalam solat, tapi dalam solat apa?. Waktu itu aku menjelaskan tatacara solat jenazah yang memang tidak perlu rukuk dan sujud."
'Bagaimana soal aku yang suka fitnah?", tanya Khalifah.

Abu Nawas menjawab dengan senyuman, "Kala itu, aku sedang menjelaskan tafsir ayat 28 Surah Al-Anfal, yang berbunyi ketahuilah bahawa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah ujian bagimu. Sebagai seorang Khalifah dan seorang ayah, kamu sangat menyukai kekayaan dan anak-anakmu, bererti kau suka 'fitnah' (ujian) itu. "Mendengar penjelasan Abu Nawas yang sekaligus kritikan, Khalifah Harun Al-Rasyid tertunduk malu dan terkedu.

Rupanya, kedekatan Abu Nawas dengan Harun Al-Rasyid menyalut iri dan dengki di antara pembantu-pembantunya. Abu Nawas memanggil Khalifah dengan 'Ya akhi" (Saudaraku). Hubungan di antara mereka bukan antara tuan dan hamba. Pembantu-pembantu Khalifah yang hasad cuba memisahkan hubungan akrab dengan memutarbelikkan perintah Tuhan. Sabotaj terancang juga kantol.


3 SOALAN MAUT

Sebuah persoalan yang belum terungkai, mengundang pertanyaan dan memerlukan jawapan tuntas.

Disurahkan yang empunya hikayat, Khalifah Harun Al-Rasyid memanggil para ilmuan dan bijak pandai untuk memberi jawaban kepada persoalan yang tergantung. Jawaban mestilah padat dan ringkas tidak meleret-leret panjang. Maka berduyun-duyunlah para ilmuan dan bijak pandai mengadu nasib, manalah tau untung nasib dapat meisterikan gadis jelitawan. 

Diriwayatkan, Reward atau ganjaranya bukan calang-calang. Rumah banglow, gelaran atau pangkat, isteri yang cantik dan pelbagai kemewahan akan diusulkan.

Dipendekkan cerita kontot, tiada seorang pun dapat menjawab soalan itu. Permasalahan itu tertimpa juga di atas bahu Maulana Abu Nawas akhirnya...

Khalifah Harun Al-Rasyid memberi 3 soalan;
1. Apa itu Dunia
2. Apa itu Akhirat
3. Apa itu Iman. 

Sultan hanya memerlukan jawapan yang tepat dan jitu, tak mahu syarahan yang panjang meleret-leret. Menteri Agama (MA) terpinga-pinga untuk mencari jawapan yang memuaskan hati sultannya. Kalau tidak nyanya!.

Kemudian sultan menghantar wakilnya kepada Menteri Agama (MA) memberi titah perintah. Jika jawaban kokak@tidak intelektual, sultan akan merampas segala kemewahan. Banglo, harta, BMW dan pangkat gelaran. Menteri Agama (MA) mengalami kerungsingan yang amat sangat memikirkan akan kehilangan segala-galanya, pangkat tentunya!. Menteri Agama (MA) tidak dapat tidur. Makan tidak lagi berselera, kacang dal terasa bertih, roti nan terasa span pembasuh badan kuda. Bak kata orang Kelantan 'Tidur tidak lagi jenera, malam siang terlalu pantas berlalu, tak sedor sokmo!'.

Menteri Agama (MA)  bersikap apologetik dan telah mengumpulkan para cerdik pandai untuk mendapatkan jawapan yang tuntas. Akhirnya, Mr. legend, Maulana Abu Nawas (MAN) diperkudakan dengan tugas ini. Pun begitu Maulana Abu Nawas (MAN) masih belum dapat  merungkaikan persoalan Khalifah tetapi masih control macho@selamba. Keinginan untuk membantu menjadi mimpi ngeri pula.

Keserabutan Maulana Abu Nawas (MAN) makin bertambah memikirkan feel Khalifah 'naik antu'. Sehari sebelum acara kemuncak Maulana Abu Nawas (MAN) termenung duduk di atas akar sepohon pokok besar dan cuba menyusun jawaban. Maulana Abu Nawas (MAN) tidak risau dengan harta yang akan dirampas kerana Maulana tidak mempunyai banyak harta. Tetapi protatype aku akan hilang, rakyat jelata akan mengetawakan. Aku bukan legend lagi, keluhnya sambil mengaru kepala menyebabkan jubahnya terburai.

Di tepi sebatang pokok besar tempat Maulana Abu Nawas (MAN) termenung ada seorang tua sedang sibuk mencangkul di sebidang tanah. Bila matahari terik di kepala, orang tua berhenti untuk makan tengahari dan solat Zohor. Maka diajak Maulana Abu Nawas (MAN) solat dan makan bersama. Maulana Abu Nawas (MAN) yang kerungsingan tidak berselera menjamah roti arab dengan kacang dal seperti diriwayatkan.

Melihat kelakuan Maulana Abu Nawas (MAN) yang kelam wal kelibut, orang tua budiman bertanya, "Tuan, nampak ada masalah?, boleh hamba menolong tuan?".
Maulana Abu Nawas (Man) memberitahu prihal sultan kepada orang tua itu. 

Soalan 1. Apakah Dunia? maka jawab orang tua , Dunia ialah apa-apa amalan yang kita buat untuk ditinggalkan (hal ini diketahui oleh hati masing-masing)

Soalan 2, Apa itu akhirat? jawab orang tua tersebut, Akhirat ialah apa-apa amalan yang kita buat untuk di bawa ke alam akhirat tanpa ada apa-apa maksud dunia didalamnya (ini pun dikenali oleh hati masing-masing)

Soalan 3, Apa itu iman? Orang tua menangguhkan jawapannya, "Akan aku bagi tahu petang nanti selepas solat Asar", pesannya.

Bila masuk waktu Asar mereka bersolat dan selepas solat Maulana Abu Nawas (MAN) menanti-nanti jawaban. Orang tua itu masih mendiamkan diri.

Pada masa itu terdapat beberapa ekor anjing sedang membaham sisa-sisa makanan. Orang tua memberi syarat untuk memberi jawapan yang ketiga. Maulana Abu Nawas (MAN) mesti makan bersama anjing-anjing tersebut arah orang tua itu. Maulana Abu Nawas (Man) menimbang-nimbang. Makan dengan anjing najis berat (Najis Mughallazhah).

Akhirnya Maulana Abu Nawas (MAN) makan bersama sekumpulan anjing itu. Apabila Maulana Abu Nawas (MAN) duduk untuk makan bersama anjing-anjing itu, orang tua memegang kolar bajunya dan berkata, "Tuan, inilah IMAN. Bagi mereka yang ada iman, sanggup kerugian segala dunianya tetapi tidak akan langgar perintah Allah. Tetapi mereka yang tidak ada iman akan sanggup langgar perintah Allah untuk selamatkan dunianya."

Kata bijak bistari : Jikalau seseorang bertambah ilmunya dan luas cakrawala pemikirannya serta sudut pandangannya, maka ia akan sedikit menyalahkan orang lain.

Semakin gemar menyalahkan orang semakin bodoh dan dangkal ilmunya. Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin tawadhu (rendah hati) lah ia.


Itulah Maulana Abu Nawas, sang sufi yang lucu juga cerdas. Membaca ceritanya kita harus kritis dan waspada.

Layari: http://sheikhmustafakamal.blogspot.my/2011/06/satu-untuk-semua-dan-semua-untuk-satu.html


Gambar/ilustrasi sekadar hiasan.
Photo/illustration for display purposes.

Menyelamatkan perkahwinan dengan mengubah diri...



Mengubah diri sendiri adalah Nomoro Ono

...................................


Satu hari yang kemas, cahaya mahatari mencuri di celah pohon mangga di tepian jalan. Burung murai kedengaran bekok sekali-sekala di talian letrik. Barangkali meriwayatkan kehidupan manusiawi yang berligar difikiran yang ingin diterjemahkan di entry ini. Pun begitu bunyi kenderaan mula bertembung sesama sendiri di lebuhraya. Aku masih lagi berjogging tercongok-cangap untuk menamatkan 5 km.

Disurahkan oleh seorang kawan tentang sebuah keluarga yang kehidupannya bercerita-ceriti. Bagaimana menangani feel isteri 'samseng' tak tentu hala itu? Atau di pihak akukah yang bersilap atau selebihnya di pihak isteri?.


Kisahnya begini seperti disurahkan...

Si Bapa bersembang dengan anak perempuannya. Tidak semena-mena anaknya bercerita tentang masa silam, "Nak tahu tak, masa kecil-kecik dulu, satu perkara yang paling takut sekali, ialah bila abah dangan emak sering bergaduh dan hampir-hampir nak bercerai. Tapi saya syukur sangat-sangat ia tak terjadi sampai hari ini". Si ayah hanya tersenyum saja, berkongsi kisah silam.

Bila saya mengimbau kembali sejarah silam tersebut, saya rasa ada baiknya saya kongsikan dengan anak perempuan saya ini, semoga ia boleh dijadikan pengajaran pada mereka nanti.

Dahulu abah berkahwin dengan emak engkau atas dasar suka sama suka, tetapi abah sendiri tak berapa pasti apa yang abah suka pada emak engkau, tapi apa yang abah tahu, makin lama masa berlalu, makin banyak perkara yang tak bersesuaian antara kami. Kadang-kadang nak buat keputusan nak makan kat mana pun boleh jadi gaduh. 

Makin lama, perbezaan semakin ketara. Salah sikit, emak engkau merajuk berhari-hari. Salah sikit, abah sendiri naik angin, kadang-kadang sampai baling barang ke sana kemari. 

Abah tahu, anak-anak semua jadi takut pada abah, tapi abah rasa emak engkau selalu buat perkara yang abah tak suka. Pergaduhan kami jadi semakin kerap, ia berlarutan bertahun-tahun. 

Masing-masing tak boleh salah sikit, dua-dua nak melenting, tidur pun kadang-kadang berasingan. Kami rasa perkahwinan ini sudah semakin mustahil untuk diselamatkan, penyelesaian yang mampu difikirkan hanyalah PENCERAIAN sahaja. Cuma apabila fikir pasal anak-anak, abah jadi sebak dan sering kali cuba buang pemikiran tersebut.

Satu hari abah kerja out-station, cuba telefon emak engkau nak bertanya khabar, abah tak tahu macam mana ianya berakhir dengan pertengkaran. Emak engkau terus hempas telefon. Waktu itu abah benar-benar frust, give up, rasa keseorangan, marah, abah jerit sorang-sorang dalam kereta dan waktu itu abah rasa ia betul-betul dah sampai penghujung. Sudah habis tahap kesabaran yang ada dalam diri.

Malam itu abah tidur di sebuah hotel budget. Cuba nak tidur, tapi mata tak boleh lelap. Sakit hati dengan feel emak engkau dah sampai tahap maksima. Jam dah tunjuk pukul 2 pagi, mata masih tak boleh lelap. Nak call emak engkau semula seperti mana yang abah buat selalu, sebab abah selalu mengalah akhirnya, rasanya kali ini tidak lagilah. 

Kali ini abah nekad, apa nak jadi, jadilah. Abah dah tak sanggup hidup bersama emak engkau lagi. Kepala batu, kuat merajuk, sombong, tak pernah nak jaga hati suami, buat perkara yang suami tak suka, tak dengar nasihat, suka melawan, tak jaga makan minum abah dan tak mahu-mahu berubah jadi isteri yang baik.

Dalam keadaan yang tak karuan itu, abah tak sedar bila masa abah bangun dan abah ambil sejadah dan abah solat ditengah-tengah malam. Ini jalan terakhir, abah berdoa dan mengadu pada Tuhan. 

Itulah malam yang abah tak boleh lupa hingga hari ini. Abah mengadu yang kahwin dengan emak engkau adalah satu kesilapan dan abah dah tak mahu terusnya lagi. Memang abah benci dan menderita dengan perkataan cerai, apa lagi bila terbayang muka anak-anak, tetapi meneruskan hidup dengan emak engkau juga satu penderitaan. 

Tetapi semakin lama abah berdoa dan mengadu kepada Tuhan, tiba-tiba abah mula confius, abah rasa abah orang baik, abah selalu betul dan emak engkau bukanlah orang jahat, dia tak pernah menduakan abah, dalam hidup dia bukan ada orang lain pun, hanya abah sahaja, tapi kenapa perkahwinan kami tidak bahagia, kenapa banyak sangat perbezaan pendapat, kenapa dia tak mahu berubah ikut cakap abah?.



Foto Hiasan

Akhirnya, suatu keajaiban berlaku. Dalam keadaan air mata masih berlinangan di pipi abah, dalam keadaan yang sangat putus asa dengan emak engkau, tiba-tiba abah seperti terasa sesuatu memaksa masuk dalam fikiran abah. 

Seperti abah mendapat kekuatan bercakap dengan diri abah sendiri. "Abah tak boleh nak ubah emak engkau, abah hanya boleh ubah diri abah sendiri. Abah pun berdoa: Ya Allah, jika memang benar aku tidak boleh mengubah isteri ku ini, tolonglah ubah diriku pula. Bantulah aku ya Allah.

Esoknya, abah naik kereta dan mulakan perjalanan balik ke rumah kerana kerja out-station sudah selesai. Sesampai di rumah, anak-anak riang gembira sambut abah balik, tapi emak engkau bergegas pergi ke dapur, buat kerja dia dan langsung tak salam dengan abah, langsung tak bercakap dengan abah pada hari itu.

Malam tu, abah tidur, tapi emak engkau bagi belakang kat abah. Bila abah dah rasa emak engkau benar-benar tidur, abah selimutkan dia, dan abah perasan tiba-tiba terjaga dan buang selimut tersebut. Kali ini abah tersenyum saje, tak seperti selalu.

Esok pagi, abah datang mendekati emak engkau, abah bagi salam, dan abah tanya dia, "Saya nak tanya awak, apa yang saya boleh buat pada hari ini supaya hari ini lebih baik untuk awak?".

Emak engkau dengan mata bulat melihat abah, "Cakap apa ni?". Abah ulang lagi "Saya nak tanya awak, apa yang saya boleh buat pada hari ini supaya hari ini lebih baik untuk awak?"

"Awak memang tak boleh, dah bertahun dah. Pasal apa awak tanya ni?".

"Saya benar-benar ingin berubah kali ini, saya benar-benar ingin tahu apa yang saya boleh buat supaya awak bahagia'.

Emak engkau menjeling sinis, "Ha, kalau awak betul-betul nak buat, tu!, pergilah cuci baju, basuh pinggan mangkuk kat dapur tu".

Mesti waktu tu emak engkau jangka abah akan mengamuk lagi seperti biasa, bertengkar lagi, tapi abah hanya senyum dan mengangguk, nyut nyut abah pergi kedapur, cuci pinggan, ambil semua pakaian, masuk ke dalam washing machine, tunggu sampai kering dan sidai di ampaian, bila siap, barulah abah bersiap-siap untuk pergi kerja. 

Seperti biasa kalau emak engkau merajuk, jangan harap apa-apa sarapan pagi yang ada. Tapi kali ini abah tak kisah. Bila dah siap, abah cium kepala emak engkau dan abah terus pergi kerja.

Esok pagi abah buat perkara yang sama, pagi-pagi abah bangun, abah bagi salam kat emak engkau dan abah tanya dia, "Saya nak tanya awak, apa yang saya boleh buat pada hari ini supaya hari ini lebih baik untuk awak?".

Mata emak engkau masih pandang ke lain, ke dinding, ke atap. "Hendak sangat buat, buatlah sarapan pagi untuk anak-anak"

Abah tarik nafas dalam-dalam, emak engkau tahu, abah kalut nak pergi kerja, dan abah rasa dia sengaja nak tengok abah nak mengamuk lagi, tapi kali ini abah hanya senyum, abah mengangguk, dan abah terus pergi ke dapur buatkan sarapan roti bakar, telur goring dan air kopi panas. 

Semuanya abah letak bawah tudung saji. Lepas itu, abah sendiri tak makan, dan abah bersiap untuk pergi kerja kerana sudah lewat. Sebelum pergi abah cium kepada emak engkau dan baru abah pergi kerja.

Esoknya, pagi-pagi lagi abah dah bangun, abah gerak emak engkau, bagi salam dan abah tanya soalan yang sama, "Saya nak tanya awak, apa yang saya boleh buat pada hari ini supaya hari ini lebih baik untuk awak?".

"Tak ada-apa, tak ada yang awak boleh buat pun, saya minta maaf, hati saya dah terlalu sakit. Tolonglah jangan tanya soalan tu lagi. Tapi kenapa awak buat semua ni?".

"Saya dah berjanji pada diri saya sendiri, mulai hari ini sehingga akhir nyawa saya, saya akan berusaha untuk buat perkara yang boleh membahagiakan awak".

Emak engkau diam, mata dia pandang ke tempat lain, tapi abah perasan, ada manik jernih dimatanya. Bila abah berlalu kerana bersiap nak pergi kerja, abah perasan emak engkau lap air mata.

Esoknya, esoknya dan esoknya seperti biasa abah tanya soalan yang sama pada emak engkau, sehinggalah pada minggu kedua. Satu pagi yang cerah, satu keajaiban berlaku. 

Seperti biasa pagi tu abah tanya soalan yang sama pada emak engkau, tiba-tiba emak engkau menangis dan peluk kaki abah, "Tolonglah jangan tanya soalan tu lagi, awak bukan masalahnya, sebenarnya saya yang masalah, saya keras hati, saya tak tahu kenapa awak boleh tahan hidup dengan saya".

Perlahan-laha abah angkat dagu emak engkau dan abah cakap, "Kerana awak penting dalam hidup saya, kerana awak ibu kepada anak-anak, kerana awak teman saya sebelum ini, kerana awak tak pernah tinggalkan saya walau bagaimana pertengkaran kita sekali pun, kerana saya nak selamatkan perkahwinan kita dan kerana saya sangat sayangkan awak".

Abah tanya lagi "Apa yang saya boleh buat pada hari ini supaya hari ini lebih baik untuk awak?".
"Patutnya saya yang tanya soalan itu lagi?".

"Awak memang patut tanya", sela isteri dan terus memeluk erat suaminya dari belakang... 


WhatsApp : Rodong dan diberi getaran baru



.............................................................




Puasa adalah diam. Tentu bukan sembarang diam, bukan takut kebenaran, bukan karena bodoh, tetapi diam bernilai ibadah karena sedang berpuasa. Kalau diamnya saja bernilai ibadah, apalagi kalau beraktivitas ibadah dan beramal saleh, membaca Alquran, menuntut ilmu, sedekah, mencari nafkah yang halal, sampai berdakwah. Maka, sungguh pantaslah mereka berpuasa mendapat nilai berlipat ganda dari Allah. Subhanallah.

Diamnya orang mukmin adalah tafakur dan tadabbur; Dari mana aku? Di mana Aku? Ke mana aku akhirnya? Rotasi dan evolusi alam ini dalam miliaran galaksi yang mencengangkan para kosmolog, renungan inilah membuat orang beriman itu bersujud di haribaan Allah.

Allah SWT berfirman dalam surat Qaf ayat 18, ''Tidaklah berkata satu kata kecuali dicatat oleh Malaikat Raqib dan Atid.'' Rasulullah SAW pun mengingatkan, ''Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat hendaklah berkata baik, benar, jujur, sopan, santun, mulia, kalau tidak maka lebih baik diam.'' Karena itu aktivitas lisan orang mukmin hanya dua, kalau tidak bisa bicara baik maka diam, tetapi kalau bisa bicara baik itu lebih baik daripada diam.

Sungguh tepat sikap Siti Maryam menghadapi fitnah dengan diam, ''Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa berdiam untuk Tuhan Yang Mahakuasa maka aku tidak berbicara dengan siapa pun pada hari ini.'' Ada waktu untuk bicara, ada tempatnya untuk bicara, bahkan kadang tidak hanya untuk menyampaikan tetapi yang lebih penting adalah sampai, karena itu ayat-ayat Alquran menggambarkan ucapan orang yang takut kepada Allah; qaulan sadiidan ucapan tegas (lihat QS Al Azhab [33]: 70), qaulan tsaqiilan ucapan berbobot (lihat QS Al Muzzammil [73]: 5),qaulan layyinan ucapan lembut (lihat QS Thaahaa [20]: 44), dan qaulan ma'ruufan ucapan baik, sopan (lihat QS An-Nisaa [4]: 5). Sungguh betapa banyak orang yang diam-diam itu tatkala berbicara mengagumkan karena ia berdiam, mendengar, merenung baru berbicara, Subhanallah.


Oleh Ust M Arifin Ilhamhttp://www.republika.co.

Copyright 2008 - REPUBLIKA All Right Reserved.
Gambar/ilustrasi sekadar hiasan.
Photo/illustration for display purposes.